Monday, September 7, 2015

Mengenal Hedonisme

Berbagai macam kasus pergaulan bebas yang mengakibatkan kerusakan moral bagi para remaja sudah merebak di Indonesia. Adanya istilah “Ayam Kampus” menjadi salah satu bukti bahwa kehidupan mahasiswa diwarnai dengan tingkah laku yang tidak wajar. “Ayam Kampus” adalah istilah yang disematkan kepada mahasiswi yang dibayar untuk “melayani nafsu birahi” p
Berbagai macam kasus pergaulan bebas yang mengakibatkan kerusakan moral bagi para remaja sudah merebak di Indonesia. Adanya istilah “Ayam Kampus” menjadi salah satu bukti bahwa kehidupan mahasiswa diwarnai dengan tingkah laku yang tidak wajar. “Ayam Kampus” adalah istilah yang disematkan kepada mahasiswi yang dibayar untuk “melayani nafsu birahi” para kaum lelaki. Tujuannya pun hanya sekedar agar mudah untuk mendapatkan uang. Dengan uang itu akan mudah untuk membeli barang-barang yang dijadikan sebagai trend. Seperti handphone, pakaian, sepatu dan lain sebagaimya agar terlihat trendy. Selain itu adanya seks bebas dikalangan remaja juga karena adanya unsur “kenikmatan dan kesenangan” di dalamnya.
Mengenal Hedonisme
“Hasil survei yang dilakukan, dari 100 remaja, 51 remaja perempuannya sudah tidak lagi perawan,” kata Sugiri Syarief (ketua BKKBN). Selain di Jabotabek, ungkap beliau, hasil yang sama juga diperoleh di wilayah lain di Indonesia. Di Surabaya, gadis atau remaja perempuan lajang yang sudah tidak perawan lagi mencapai angka 54 %, di Medan 52 %, Bandung 47 %, dan Yogyakarta 37 %. Data ini dikumpulkan BKKBN hanya dalam kurun waktu 2010 saja dan kemungkinan di tahun 2011 angkanya akan lebih jauh besar. Berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak (KPA) yang dilakukan terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia ditemukan hasil bahwa 62,7 % remaja mengaku pernah berhubungan badan, 93 % remaja pernah berciuman dan 21 % remaja telah melakukan aborsi (Kompas. com, 9/5/2110).
Walaupun data di atas tergolong sudah lama, yang artinya belum diup date. Akan tetapi, itu sudah cukup menunjukkan betapa tersebarnya pergaulan bebas dalam dunia remaja. Terkhusus adalah para mahasiswa-mahasiswi yang ada di kota-kota besar di Indonesia. Perilaku hedonisme sering dijadikan sebab dalam masalah di atas. Apakah benar hal tersebut tergolong dalam hedonisme, itu menjadi pertanyaan yang membutuhkan pengkajian. Oleh karena itu menjadi sangat perlu untuk membahas hedonisme lebih lanjut. Tentunya dengan pendekatan normatif, yaitu bagaimana sebenarnya hedonisme menurut pandangan atau hukum Islam. Insya Allah akan di bahas secara sederhana dalam makalah ini.

A. Sejarah Hedonisme
Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat “apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?” Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang ‘kesenangan’ (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja –seperti Kaum Aristippos–, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.

Tokoh dalam paham ini ada dua. Pertama Aristippus dari Kyrene adalah seorang filsuf Yunani yang memperlajari ajaran-ajaran Protagoras. Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya, yaitu Kyrene, Afrika Utara. Aristippus kemudian mencari Sokrates dan menjalin hubungan baik dengannya. Setelah Sokrates wafat, Aristippos tampil sebagai “Sofis” dan menjadi guru profesional di Atena. Lalu di Kyrene ia mendirikan sekolah yang dinamakan ”Cyrenaic School” yang merupakan salah satu sekolah Sokratik yang tidak dominan. Sekolah ini mengajarkan perasaan-perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup. Kesenangan adalah baik –termasuk juga kepuasan badani– Kehidupan orang bijak selalu mencari jaminan kesenangan maksimal.

Aristippus menyetujui pendapat Sokrates bahwa keutamaan adalah mencari “yang baik”. Akan tetapi, ia menyamakan “yang baik” ini dengan kesenangan “hedone”. Menurutnya, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan. Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional tentang kenikmatan.

Kesenangan menurut Aristoppus bersifat badani (gerak dalam badan). Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:
1. Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit
2. Gerak halus, yang membuat kesenangan
3. Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.

Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. Kesenangan bukan sebuah masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan masa depan adalah hal yang belum jelas.

Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh Aristoppus, ada batasan kesenangan itu sendiri. Batasan itu berupa pengendalian diri. Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan berarti meninggalkan kesenangan. Misalnya, orang yang sungguh-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan/dikontrol agar mencapai kenikmatan yang sebenarnya.

Kedua adalah Epikuros yang lahir tahun 342 SM di kota Yunani, Samos, dan meninggal di Atena tahun 270 SM. Ajaran Epikuros menitikberatkan persoalan kenikmatan. Apa yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan. Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum Epikurean, melainkan kenikmatan yang dipahami secara mendalam. Kaum Epikurean membedakan keinginan alami yang perlu (seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan). Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menyebabkan kesenangan yang paling besar. Oleh sebab itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epikuros. Tujuannya untuk mencapai ”Ataraxia”, yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang.

Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan (phoronesis). Menurutnya, orang yang bijaksana adalah seorang seniman yang dapat mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sakit. Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan agar dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan. Ia menghindari tindakan yang berlebihan. Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ataraxia.

Kebahagiaan yang dituju oleh Kaum Epikurean adalah kebahagiaan pribadi (privatistik). Epikuros menasihatkan orang agar tidak mendekatkan diri kepada kehidupan umum (individualisme). Ini bukanlah egoisme. Menurut Epikuros, kebahagiaan terbesar bagi manusia adalah persahabatan. Berkumpul dan berbincang-bincang dengan para kawan dan membina persahabatan jauh lebih menguntungkan dan membantu mencapai ketenangan jiwa.

B. Apa itu Hedonisme ?
Pemahaman tentang apa itu hedonisme? Bagaimana bentuk nyata hedonisme? Bagaimana batasan hedonisme? Apakah hedonisme itu paham positif atau negatif? Menjadi pembahasan yang menarik untuk dikaji saat ini. Hal ini dikarenakan sudah berkembangnya istilah hedonisme dalam kehidupan bermasyarakat. Baik remaja ataupun masyarakat pada umumnya. Sehingga muncul banyak pernyataan para ahli dalam bidangnya sosiologi khususnya dalam membahas masalah hedonisme ini. Berikut berbagai macam pemahaman yang didapat penulis dari berbagai macam sumber referensi.

Pertama. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

Kedua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hedonisme adalah pandangan yg menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Ketiga. Hedonisme dari kata “hedone” (Yunani) yang berarti kesenangan, hedonisme adalah pandangan moral bahwa hal yang baik hanya kesenangan.

Keempat. Hedonisme adalah suatu paham atau aliran yang orientasinya pada kesenangan, berfoya-foya, serta duniwi.

Kelima. Hedonisme adalah mencapai kesenangan (pleasure) – di mana mengalami kesakitan sementara waktu demi suatu kesenangan artinya termasuk hedonisme juga jika segala sesuatu berujung pada kesenangan (pleasure) -. Jika dalam definisi ini, beragama belum tentu juga tak masuk hedonisme jika tujuannya adalah kesenangan di belakang.

Ciri-ciri hedonisme adalah membagi dan mendikotomikan hidup jadi dua, kesenangan dan kesusahan. Dan dalam bentuk halusnya, hedonisme bahkan bisa berbentuk alim.

Salah satu cara untuk dapat membedakan semangat hedonisme adalah, semangatnya untuk diri-sendiri. Jika semua yangg dilakukan adalah berujung pada sesuatu yang untuk dirinya sendiri, maka unsur hedonisme patut dicurigai kental ada di dalamnya.

Ide hedonisme berlawanan dengan ide bahwa senang dan susah datang bergantian , masing-masing ada tujuannya – tidak lepas dari pengetahuan Sang Pencipta -. Karena itulah hedonisme sangat diterima oleh penganut ideide yangg menolak adanya Sang Pencipta.

Keenam. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Ketujuh. Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.

Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.

Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.

Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.

Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.

Kedelapan. Menurut hedonisme psikologis,tidak dapat disangkal bahwa manusia selalu tertarik oleh perasaan nikmat,sekaligus secara otomatis condong menghindari perasaan-perasaan tidak enak. Manusia berusaha keras untuk mencapai tujuannya.Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas.

Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut diperhatikan. Pertama,kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat.Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi,begitu pengalaman itu selesai,nikmatpun habis.Sementara itu,kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu.Dengan kata lain,kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat tertentu.Sebaliknya,pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua,jika kita hanya mengejar nikmat saja,kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan.Sebab,pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan.Misanya;dalam persahabatan dan cinta.Kita tidak akan sanggup menggoreskan kesan mendalam dalam persahabatan dan cinta jika pertimbangan yang mendasari hanya karena ketampanan,kecantikan,kekayaan atau penampilan fisik lainya.Hasilnya adalah sesuatu yang kering,yang hanya berasa ketika bahagia,namun hambar ketika susah.

C. Karakteristik Hedonisme
Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau dengan kata lain : Bahagia sama dengan Kesenangan.
Di sini hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik:
1. Hedonisme Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam.
Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.

2. Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme yang artinya kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang.
Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.

Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme banyak jenisnya, secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan:
1. Kesenangan Fisik
Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan dinikmati oleh batang tubuh/raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima kesenangan itu dari tenggorokkan sampai keperut. Hasil kesenangan itu biasa dinilai dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, delicious, dan sebagainya.
Bila sumbernya hubungan badani (coitus), maka yang menerima kesenangan itu adalah alat kelamin, seluruh badan jasmani, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: nikmat, enak, sedap dan sebagainya.

Bila sumbernya sebagai hasil kerja, misalnya pekerjaan tangan, atau sesuatu yang menggunakan tenaga seperti pekerjaan di pelabuhan, di kebun, di pertambangan, dan sebagainya, maka kesenangan itu dinilai dengan sebutan: memuaskan, beres, selesai, upahnya pantas dan sebagainya.

2. Kesenangan Psychis/Rohani
Bila sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi atau prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merdu/musik, maka hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat, indah, memuaskan mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan oleh rasa, emosi, dan getaran jiwa.
Bila sumbernya itu berasal dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan itu adalah otak, pikir, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: ilmiah, merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam, intellegensi yang tinggi, mengagumkan dan sebagainya.

Bila sumbernya adalah kepercayaan yang menikmati kesenangan itu adalah jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, rasa takwa, syahdu, suci, yakin dan sebagainya.
Karakteristik menurut Pospoprodijo (1999:71) Kesenangan yang dimaksud adalah kesenangan untuk hidup saja, yakni kesenangan yang kita dapat dengan perantara kemampuan-kemampuan kita dari subyek-subyek yang mengelilingi kita didunia ini.

D. Hedonisme di Kalangan Remaja
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini.Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan kampus. Misalnya adanya “ayam kampus” ( suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.

Contoh lain yang sederhana adalah misal ada remaja yang malas belajar tapi dia ingin memperoleh nilai yang baik dengan mencontek.Itu merupakan salah satu contoh kecil dari sikap Hedonisme.

Kasus yang terjadi seperti hubungan sek yang sudah dianggap sebagai hal yang biasa saat ini, kasus tersebut merupakan salah satu fenomena hedonisme generasi muda dari sekian banyak yang lain yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Keinginan yang berlebihan terhadap modernitas ini sepeti ingin memiliki barang-barang yang mewah, kehidupan dunia modern yang setiap sabtu malam datang untuk melaksanakan ibadah rutinan di bar-bar, diskotik dan sebagainya., itu dijadikan sebagai suatu kebutuhan yang dianggap sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi dan kalau tidak terpenuhi maka mendapatkan dosa karena dianggap masih menjadi manusia tradisional atau mahasiswa tradisional yang kerjanya hanya belajar, membaca, diskusi, kajian dan sebagainya.

E. Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki kesenangan.Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja.Tapi sayangnya kadang semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir mereka dalam menyikapi berbagai persoalan.Banyak diantara para remaja yang melarikan diri dari masalah dengan berhura-hura.Kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan di kalangan remaja.

Kebudayaan indrawi pasif yang meliputi hasrat menikmati kesenangan indrawi setinggi-tingginya (“eksplorasi parasit”,dengan motto makan minum dan kimpoilah sebab besuk kita akan mati).Pola pikir seperti itulah yang mengajak para remaja hanya bersenang-senang selagi ada kesempatan,seakan-akan hidup hanya”mampir”karena itulah mereka hanya mengejar kesenangan,padahal masih banyak hal yang bernilai dalam hidup ini selain makan minum dan bersenang-senang saja.

Kebudayaan indrawi sinis,yang mengejar tujuan jasmaniah dengan mencari pembenaran rasionalisasi ideasional ( yang sebenarnya tidak diterimanya ).

SUMBER

No comments:

Post a Comment